Senin, 11 April 2011

diabetes mellitus


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.   Kosep Dasar Diabetes Mellitus
1.            Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam dara atau hiperglikemia. (Suzanne & Brenda, 2001)
Menurut American diabetes association (ADL) (2003), diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Mansjoer arif (2000) mendefiinisikan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lebih pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron.
Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.





2.             Etiologi Diabetes Mellitus
Etiologi diabetes mellitus menurut Suzanne & Brenda (2001) :
a.    Factor genetic (dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik).
b.    Factor usia (umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun).
c.    Obesitas (jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang tersimpan dalam tubuh sangat berlebihan).
Elizabeth J Corwin (2000) menambahkan :
d.    Infeksi virus (dapat menyerang pancreas yang merupakan penghasil insulin atau menyerang organ lain dan mengaktifkan proses autoimun).

3.            Patofisiologi
Diabetes mellitus dapat disebabkan infeksi virus yang masuk kedalam tubuh. Hal tersebut mengakibatkan antibody melindungi sel-sel beta pulau langerhans terhadap virus tersebut. Pembentukan antibody dapat mengaktifkan proses autoimun yang dapat menyebabkan sel-sel beta lisis oleh sel limfosit T. produksi insulin dapat menurun bahkan tidak diproduksi akibat lisisnya semua sel-sel beta. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh terhadap lemas yaitu dengan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Namun jika penderita mengalami obesitas memiliki cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh berlebih. Hal ini meningkatkan kerja pankreas untuk menghasilkan insulin yang lebih banyak dan dapat menurunkan fungsi pancreas jika kerja pancreas terus meningkat. Produksi insulin akan menurun dan terjadi hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah.



















Skema Patofisiologi Diabetes Melitus
Kekebalan tubuh menurun
 
Vomit (muntah)
 
Nyeri abdomen
 
Nausea (mual)
 
Nafas bau keton
 
Nafsu makan menurun (anorexia)
 
Resiko infeksi terhadap sepsis
 
Polyphagy
 
Asupan nutrisi (karbohidrat) meningkat
 
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
Asidosis
 
Badan keton
 
Asam lemak
 
Pandangan mata kabur
 
Mengganggu aliran darah ke mata
 
Hiperglikemia
 
Pemecahan lemak meningkat
 
Lemah (Glukosa tidak masuk kedalam sel atau hanya sedikit yang masuk kedalam sel)
 
Produksi insulin tidak ada
 
Sel-sel beta lisis semua
 
Jumlah sel-sel beta menurun
 
Sel-sel beta  lisis akibat proses autoimun oleh sel limfosit T
 
Produksi antibody untuk melindungi sel-sel beta  pulau langerhans
 
Menurunnya penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati (Hati meningkatkan produksi glukosa)
 
Produksi insulin menurun
 
Fungsi pancreas menurun
 
Oval: Usia >40 tahun
Kerja pancreas meningkat
 
(cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh berlebih)
 
Oval: Faktor GenetikOval: Infeksi VirusOval: Obesitas 































Jumlah urin meningkat (polyuri)
 
Dehidrasi  
 
 
Rasa haus (polydipsi)  
 
Perubahan pola nafas
 
 
Lelah   
 
Sakit kepala  
 
                                                                                                                                                                 

Bagan 3.1 skema patofisiologi diabetes melitus
(Price Sylvia A, 2005, Barbara K Timby & Nancy E Smith, 2006)

4.            Tanda dan Gejala
a.    Terus menerus lapar/ banyak makan (polyfagia)
b.    Terus menerus haus/ banyak minum (polydipsia)
c.    Sering buang air  kecil (polyuria)
d.    Kelelahan
e.    Meningkatnya kadar gula dalam darah (pada hasil laboratorium)
f.     Berat badan menurun
           g.     Penglihatan kabur
(Octa, 2005)

5.            Komplikasi
a.    Ketoasidosis
b.    Makroangiopati (penebalan pada membrane basalis dalam dinding pembuluh darah besar dan sedang
c.    Mikroangiopati (penebalan pada membrane basalis dalam dinding pembuluh darah kecil, seperti kapiler, arteriola retina, glomerulus ginjal dan saraf-saraf perifer)
d.    Nefropati
e.    Neuropati
f.     Katarak dan kebutaan
(Sylvia A. Price, 2005)





6.            Pemeriksaan Penunjang
Menurut Marilynn doengoes (1999) :
a.    Gula darah : meningkat lebih dari 200 mg/ dl.
b.    Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
c.    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d.    Elektrolit : 
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium  : Normal atau semu peningkatan (perpindahan seluler)               
              selanjutnya akan menurun.
fosfor   : Lebih sering menurun.
e.    Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
f.     Gas darah arteri : Biasanya menunjukan PH rendahdan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.    Darah rutin : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, haemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h.    Ureum/ kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
i.      Amylase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
j.      Insulin darah : Mungkin menurun/ bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibodi).
k.    Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
l.      Urin : Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
m.  Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

7.            Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan jangka pendek DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/ gejala DM. sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi, kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu :
a.    Perencanaan makan
Pada konsensus Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70 %), protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %). Prinsip dasar diit diabetes adalah pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan dasar. Cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut :
Untuk wanita : (berat badan ideal x 25 kal) + 20% untuk aktivitas
Untuk pria : (berat badan ideal x 30 kal) + 20% untuk aktivitas
Berat badan ideal = (TB – 100 cm) – 10%
b.    Latihan jasmani
Dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali/minggu selama + 30 menit. Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan lambat. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, berenang, bersepeda, dan mendayung.
c.    Obat hipoglikemik
Obat golongan sulfonilirea bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, maningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak sampai dibawah normal.



d.    Penyuluhan
Berikan informasi tentang penyakit (penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan), diit, latihan fisik, dan penyuntikan insulin secara mandiri.

B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
1.    Pengkajian Keperawatan
a.    Data biografi
Berisikan nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, sumber biaya dan sumber informasi yang diperoleh.
b.    Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan sekarang (keluhan utama, kronologis keluhan), riwayat kesehatan masa lalu (riwayat alergi, kecelakaan, dirawat di rumah sakit, pemakaian obat). Riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial dan spiritual, kondisi lingkungan rumah, pola kebiasaan sebelum sakit dan dirumah sakit
c.    Pengkajian fisik
                          i.    Aktivitas / istirahat
Gejala :
Tanda :
                        ii.    Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, MCI akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, penyembuhan yang lama, ulkus pada kaki.
Tanda : takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun atau tidak ada, disritmia, GJK, kulit panas, kering dan kemerahan
                       iii.    Integritas ego
Gejala : stress tergantung pada orang lain
Tanda : ansietas, peka rangsang
                       iv.    Eliminasi
Gejala : perubahn pada berkemih (polyuria), nokturia, nyeri saat berkemih, sulit berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen
Tanda : urin encer, pucat, polyuri dapat berkembang menjadi oliguri, anuri jika terjadi hipovolemi berat, urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keraas, adanya asites, BU lemah dan menurun/ hiperaktif (diare)
                        v.    Makanan/ cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mengikuti diit, peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/ minggu, haus.
Tanda :kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau buah (nafas aseton)
                       vi.    Neurosensori
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya rentang gerak, paretesia, paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.
                      vii.    Nyeri/ kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi
                    viii.    Pernafasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum, purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum, purulen (infeksi), frekuensi pernafasan meningkat
                       ix.    Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya rentang gerak, parestesia, paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan
                        x.    Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria
                       xi.    Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : factor usia keluarga; DM , penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretic (fiazid) dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah)

Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah

d.    Diagnosa keperawatan
a.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin.
c.    Resiko infeksi terhadap sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, infeksi pernafasan sebelumnya.
d.    Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic.
e.    Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progresif yang tidak dapat diobati.
f.     Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
(Marylinn Doengoes, 1999)
Lynda Juall Carpenito (2000) menambahkan
g.     Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan sensasi taktil, pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.



e.    Prinsip intervensi
Prinsip intervensi untuk diagnose keperawatan pada pasien DM adalah :
1.    Meningkatkan status nutrisi dengan cara : ukur vital sign tiap 8 jam, ukur berat badan tiap pagi, ukur bising usus tiap pagi, observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan), ukur LLA dan TSF tiap pagi, pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.
2.    Meningkatkan keseimbangan cairan dengan cara : ukur vital sign tiap 8 jam, ukur berat badan tiap pagi, observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir, pantau intake-output tiap 24 jam.
3.    Mencegah agar tidak terjadi infeksi dengan cara : ukur vital sign tiap 8 jam, observasi tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesa), anjurkan nafas dalam dan batuk efektif, pantau hasil lab leukosit.
4.    Meningkatkan produksi metabolic dengan : berikan aktivitas alternative dengan periode yang cukup, ukur vital sign setelah aktivitas, diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
5.    Meningkatkan keinginan untuk berobat dengan cara : anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya, anjurkan untuk member keputusan sehubungan dengan perawatan, berikan dukungan untuk ikut berperan serta dalam perawatan.
6.    Meningkatkan pengetahuan dengan cara : berikan pendidikan kesehatan (tentang penyakit, perawatan kaki, dan penanganan), motivasi klien untuk mau ikut serta dalam pendidikan kesehatan, diskusikan dengan klien tentang program diet.
7.    Mencegah terjadinya cidera dengan cara : ukur vital sign dan status mental, evaluasi lapang pandang penglihatan, bantu klien dalam ambulasi/ perubahan posisi.
f.     Evaluasi
a.    Cairan terpenuhi
b.    Nutrisi terpenuhi
c.    Resiko infeksi terhadap sepsis tidak terjadi
d.    Kelelahan tidak ada
e.    Keinginan untuk berobat meningkat
f.     Pengetahuan bertambah
g.    Resiko cidera tidak menjadi aktual