Jumat, 17 Desember 2010

DIABETES MELLITUS


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.   Kosep Dasar Diabetes Mellitus
1.            Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam dara atau hiperglikemia. (Suzanne & Brenda, 2001)
Menurut American diabetes association (ADL) (2003), diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Mansjoer arif (2000) mendefiinisikan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainanmetabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lebih pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron.
Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.





2.             Etiologi Diabetes Mellitus
Etiologi diabetes mellitus menurut Suzanne & Brenda (2001) :
a.    Factor genetic (dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik).
b.    Factor usia (umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun).
c.    Obesitas (jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang tersimpan dalam tubuh sangat berlebihan).
Elizabeth J Corwin (2000) menambahkan :
d.    Infeksi virus (dapat menyerang pancreas yang merupakan penghasil insulin atau menyerang organ lain dan mengaktifkan proses autoimun).

3.            Patofisiologi
Diabetes mellitus dapat disebabkan infeksi virus yang masuk kedalam tubuh. Hal tersebut mengakibatkan antibody melindungi sel-sel beta pulau langerhans terhadap virus tersebut. Pembentukan antibody dapat mengaktifkan proses autoimun yang dapat menyebabkan sel-sel beta lisis oleh sel limfosit T. produksi insulin dapat menurun bahkan tidak diproduksi akibat lisisnya semua sel-sel beta. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bias menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh terhadap emas yaitu dengan mnurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikesia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah teerinfeksi. Namun jika penderita mengalami obesitas memiliki cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh berlebih. Hal ini meningkatkan kerja pankreas untuk menghasilkan insulin yang lebih banyak dan dapat menurunkan fungsi pancreas jika kerja pancreas terus meningkat. Produksi insulin akan menurun dan terjadi hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah.
1.            Tanda dan Gejala
a.    Terus menerus lapar/ banyak makan (polyfagia)
b.    Terus menerus haus/ banyak minum (polydipsia)
c.    Sering buang air  kecil (polyuria)
d.    Kelelahan
e.    Meningkatnya kadar gula dalam darah (pada hasil laboratorium)
f.     Berat badan menurun
g.    Penglihatan kabur
(Octa, 2005)

2.            Komplikasi
a.    Ketoasidosis
b.    Makroangiopati (penebalan pada membrane basalis dalam dinding pembuluh darah besar dan sedang
c.    Mikroangiopati (penebalan pada membrane basalis dalam dinding pembuluh darah kecil, seperti kapiler, arteriola retina, glomerulus ginjal dan saraf-saraf perifer)
d.    Nefropati
e.    Neuropati
f.     Katarak dan kebutaan
(Sylvia A. Price, 2005)

3.            Pemeriksaan penunjang
Menurut Marilynn Doengoes (1999) :
a.    Gula darah : Meningkat lebih dari 200 mg/dl.
b.    Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
c.    Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d.    Elektrolit, Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau semu peningkatan (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun.
Fosfor : Lebih sering menurun.
e.    Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali dari normal yang mencerminkan kontrol Dm yang kurang selama 4 bulan terakhir.
f.     Gas darah arteri : Biasanya menunjukan pit rendah dan penurunan pada HCO3 (Asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.    Darah rutin : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
h.    Ureum/ Kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal).
i.      Amylase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
j.      Insulin darah : Mungkin menurun/ bahkan sampai tidak ada (pada Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II) yang mengindikasikan/ insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
k.    Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
l.      Urine : Gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
m.  Kultur & Sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

4.            Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan jangka pendek DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan / gejala DM. sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi, kerangka utama pelaksanaan DM yaitu :
a.    Perencanaan makan
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Prinsip dasar diet diabetes mellitus adalah pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan dasar. Cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut :
Untuk wanita : (Berat badan ideal x 25 kall) + 20% untuk aktivitas
Untuk pria : (Berat badan ideal x 30 kall) + 20% untuk aktivitas
Berat badan ideal = (TB-100cm)+ 10%
Contoh : seorang pria 164 cm, berat badan 70 kg, maka :
BB ideal = (164-100)+ 10%= 58 kg
Sehingga kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kall = 1740 kall
Ditambah kalori untuk aktivitas 20 %         1740 x 20% = 388 kall
Kallori yang diperlukan adalah : 1740 + 388 = 2088 kall
b.    Latihan jasmani
Dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali/ minggu selama + 30 menit. Latihan dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, berenang, bersepeda, dan mendayung.
c.    Obat hipoglikemik
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak sampai dibawah normal.
d.    Penyuluhan
Berikan informasi tentang penyakit (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan penanganan), diet, penyuntikan insulin secara mandiri, dan latihan fisik.
(Mansjoer Arif, 2000)
A.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
1.    Pengkajian Keperawatan
2.    Diagnose Keperawatan
3.    Prinsip Intervensi
4.    Evaluasi